Saturday, March 26, 2011

Pengertian Wawancara

a. Pengertian wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (I.Djumhur dan Muh.Surya, 1985).

Wawancara adalah salah satu metode untuk dapat mendapatkan data anak atau orangtua dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan/face to face relation(Bima Walgito, 1987).

Letak Goegrafis Kota Surakarta

Letak Geografis

Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010)[1] dan kepadatan penduduk 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 ini berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.[2]. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama dengan Yogyakarta, Solo merupakan pewaris Kerajaan Mataram yang dipecah pada tahun 1755.

Batas-batas administrasi

Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Di masing-masing batas kota terdapat gapura keraton yang didirikan sekitar tahun 1931 – 1932 pada masa pemerintahan Pakubuwono X di Kasunanan Surakarta. Gapura Kraton didirikan sebagai pembatas sekaligus pintu gerbang masuk ibu kota Kerajaan Kasunanan (Kota Solo) dengan wilayah sekitar. Gapura Kraton tidak hanya didirikan di jalan penghubung, namun juga didirikan di pinggir sungai Bengawan Solo yang pada waktu itu menjadi dermaga dan tempat penyeberangan (di Mojo / Silir).
Ukuran Gapura Kraton terdiri dari dua ukuran yaitu berukuran besar dan kecil. Gapura Kraton ukuran besar didirikan di jalan besar. Gapura Kraton ukuran besar bisa dilihat di Grogol (selatan), Kerten, dan Jurug (timur). Sedangkan Gapura Kraton ukuran kecil bisa dilihat di daerah RS Kandang Sapi (utara), jalan arah Baki di Solo Baru (selatan), Makamhaji (barat), dan di Mojo / Silir. Gapura Kraton besar juga memiliki prasasti pendiri dan waktu pendirian gapura.[6]

Pembagian administratif


Balai kota Surakarta
Kota Surakarta dan kabupaten-kabupaten di sekelilingnya, Karanganyar, Sukowati, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Boyolali, secara kolektif masih sering disebut sebagai eks-Karesidenan Surakarta. Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan yang masing-masing dipimpin oleh seorang camat dan 51 kelurahan yang masing-masing dipimpin oleh seorang lurah. Kelima kecamatan di Surakarta adalah:

Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli

1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.

2. M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.

3. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.


4. Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.

5. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.

6. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

7. Francis Merill
  • Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social
  • Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
8. Bounded et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.

9. Mitchell (Dictionary of Soriblogy)
Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.

10. Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.

11. Arkeolog R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.

Kebudayaan

KEBUDAYAAN ISLAM


1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: “ budaya “ adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang “ kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat
Untuk memudahkan pembahasan, Ernst Cassirer membaginya menjadi lima aspek : 1. Kehidupan Spritual 2. Bahasa dan Kesustraan 3. Kesenian 4. Sejarah 5. Ilmu Pengetahuan.
Hubungan Islam dan Budaya
Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya merupakan dinamik ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani yang berupa ilmu, tata hukum, tatanegara, kesenian, dan filsafat tak lain daripada proses realisasidiri dari roh ilahi. Sebaliknya sebagian ahli, seperti Pater Jan Bakker, dalam bukunya “Filsafat Kebudayaan” menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, bahwa agama merupakan keyakinan hidup rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan Iman merupakan pemberian dari Tuhan, sedang kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga keduanya tidak bisa ditemukan. Adapun menurut para ahli Antropologi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama merupakan salah satu unsur kebudayaan..
Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam tidaklah memandangnya dari satu sisi saja. Islam memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur tanah dan unsur ruh yang ditiupkan Allah kedalam tubuhnya. Ini sangat terlihat jelas di dalam firman Allah Qs As Sajdah 7-9 : “ ( Allah)-lah Yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menciptakan keturunannya dari saripati air yan hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam ( tubuh )-nya roh ( ciptaan)-Nya”
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk “ berbudaya “. Dan dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama.


2. KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

Nabi Muhammad S.A.W merupakan teladan yang baik sekali dalam melaksanakan kebudayaan seperti dilukiskan Qur'an itu, bahwa bagaimana rasa persaudaraannya terhadap seluruh umat manusia dengan cara yang sangat tinggi dan sungguh-sungguh itu dilaksanakan. Saudara-saudaranya di Mekah semua sama dengan dia sendiri dalam menanggung duka dan sengsara. Bahkan dia sendiri yang lebih banyak menanggungnya. Sesudah hijrah ke Medinah, dipersaudarakannya orang-orang Muhajirin dengan Anshar demikian rupa, sehingga mereka berada dalam status saudara sedarah. Persaudaraan sesama orang-orang beriman secara umum itu adalah persaudaraan kasih-sayang untuk membangun suatu sendi kebudayaan yang masih muda waktu itu. Yang memperkuat persaudaraan ini ialah keimanan yang sungguh-sungguh kepada Allah dengan demikian kuatnya sehingga dibawanya Muhammad kedalam komunikasi dengan Tuhan, Zat Yang Maha Agung.


3. PRINSIP-PRINSIP KEBUDAYAAN ISLAM

Islam, datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak bermanfaat dan membawa madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undang-undang Dasar Negara Indonesia, pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : “ Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Idonesia “.
Dari situ, Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam :
Pertama : Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam.
seperti ; kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh, umpamanya, keluarga wanita biasanya, menentukan jumlah mas kawin sekitar 50-100 gram emas.
Kedua : Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam ,
Contoh yang paling jelas, adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam , seperti lafadh “ talbiyah “ yang sarat dengan kesyirikan, thowaf di Ka’bah dengan telanjang.
Ketiga : Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.
Seperti, budaya “ ngaben “ yang dilakukan oleh masyarakat Bali.
5. MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM

Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Proses menuju ke arah pemberdayaan umat dimulai dengan pendidikan dan pemberian pelatihan-pelatihan. Masjid seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlangsungnya proses pemberdayaan tersebut, bahkan sebagai pusat pembelajaran umat, baik dalam bentuk pengajian, pengkajian, seminar dan diskusi maupun pelatihan-pelatihan keterampilan, dengan peserta minimal jamaah disekitarnya.

Pusat Perekonomian Umat
Soko guru perekonomian Indonesia katanya koperasi, namun pada kenyataannya justru koperasi menjadi barang yang tidak laku. tidak ada salahnya bila masjid mengambil alih peran sebagai koperasi yang membawa dampak positif bagi umat di lingkungannya. Bila konsep koperasi digabungkan dengan konsep perdagangan ala pusat-pusat pembelanjaan yang diminati karena terjangkaunya harga barang, dan dikelola secara professional oleh dewan pengurus maka masjid akan dapat memakmurkan jamaahnya. Sehingga akhirnya jamaahnya pun akan memakmurkan masjidnya.

Pusat Penjaringan Potensi Umat
Masjid dengan jamaah yang selalu hadir HANYA sekedar untuk menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang jumlahnya. Masjid dengan jamaah yang selalu hadir sekedar untuk menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang jumlahnya. Dari berbagai macam usia, beraneka profesi dan tingkat (strata) baik ekonomi maupun intelektual, bahkan sebagai tempat berlangsungnya akulturasi budaya secara santun.

Pusat Ke-Pustakaan
Perintah pertama Tuhan kepada Nabi terakhir adalah "Membaca", dan sudah sepatutnya kaum muslim gemar membaca dalam pengertian konseptual maupun kontekstual. Maka dengan sendirinya hampir menjadi kemutlakkan bila masjid memiliki perpustakaan sendiri.

Pengertian Mesjid

Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.

Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi. Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".[1]
Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque ini berasal dari kata mezquita[1] dalam bahasa Spanyol. Dan kata mosque kemudian menjadi populer dan dipakai dalam bahasa Inggris secara luas[2].
 
Bentuk masjid telah diubah di beberapa bagian negara Islam di dunia. Gaya masjid terkenal yang sering dipakai adalah bentuk masjid Abbasi, bentuk T, dan bentuk kubah pusat di Anatolia. Negara-negara yang kaya akan minyak biasanya membangun masjid yang megah dengan biaya yang besar dan pembangunannya dipimpin oleh arsitek non-Muslim yang dibantu oleh arsitek Muslim.

Masjid di Kobe, Jepang
Arab-plan atau hypostyle adalah bentuk-bentuk awal masjid yang sering dipakai dan dipelopori oleh Bani Umayyah. Masjid ini berbentuk persegi ataupun persegi panjang yang dibangun pada sebuah dataran dengan halaman yang tertutup dan tempat ibadah di dalam. Halaman di masjid sering digunakan untuk menampung jamaah pada hari Jumat. Beberapa masjid berbentuk hypostyle ayau masjid yang berukuran besar, biasanya mempunyai atap datar diatasnya, dan digunakan untuk penopang tiang-tiang.[1] Contoh masjid yang menggunakan bentuk hypostyle adalah Masjid Kordoba, di Kordoba, yang dibangun dengan 850 tiang.[33] Beberapa masjid bergaya hypostyle memiliki atap melengkung yang memberikan keteduhan bagi jamaah di masjid. Masjid bergaya arab-plan mulai dibangun pada masa Abbasiyah dan Umayyah, tapi masjid bergaya arab-plan tidak terlalu disenangi.
Kesultanan Utsmaniyah kemudian memperkenalkan bentuk masjid dengan kubah di tengah pada abad ke-15 dan memiliki kubah yang besar, dimana kubah ini melingkupi sebagian besar area salat. Beberapa kubah kecil juga ditambahkan di area luar tempat ibadah.[34] Gaya ini sangat dipengaruhi oleh bangunan-bangunan dari Bizantium yang menggunakan kubah besar.[1]
Masjid gaya Iwan juga dikenal dengan bagian masjid yang dikubah. Gaya ini diambil dari arsitektur Iran pra-Islam.

Menara

Masjid Hassan II di Casablanca, mempunyai menara masjid tertinggi di dunia
Bentuk umum dari sebuah masjid adalah keberadaan menara. Menara asal katanya dari bahasa Arab "nar" yang artinya "api"( api di atas menara/lampu) yang terlihat dari kejauhan. Menara di masjid biasanya tinggi dan berada di bagian pojok dari kompleks masjid. Menara masjid tertinggi di dunia berada di Masjid Hassan II, Casablanca, Maroko.[35]
Masjid-masjid pada zaman Nabi Muhammad tidak memiliki menara, dan hal ini mulai diterapkan oleh pengikut ajaran Wahabiyyah, yang melarang pembangunan menara dan menganggap menara tidak penting dalam kompleks masjid. Menara pertama kali dibangun di Basra pada tahun 665 sewaktu pemerintahan khalifah Bani Umayyah, Muawiyah I, yang mendukung pembangunan menara masjid untuk menyaingi menara-menara lonceng pada gereja. Menara bertujuan sebagai tempat muazin mengumandangkan azan.[36]

Kubah

Masjid dengan kubah yang besar di Pusat Islam Wina
Kubah juga merupakan salah satu ciri khas dari sebuah masjid. Seiring waktu, kubah diperluas menjadi sama luas dengan tempat ibadah di bawahnya. Walaupun kebanyakan kubah memakai bentuk setengah bulat, masjid-masjid di daerah India dan Pakistan memakai kubah berbentuk bawang.[37]

Salah satu sudut dalam Masjid dengan Mihrab pada bagian tengah ruangan

[sunting] Tempat ibadah

Tempat ibadah atau ruang salat, tidak diberikan meja, atau kursi, sehingga memungkinkan para jamaah untuk mengisi shaf atau barisan-barisan yang ada di dalam ruang salat. Bagian ruang salat biasanya diberi kaligrafi dari potongan ayat Al-Qur'an untuk memperlihatkan keindahan agama Islam serta Al-Qur'an. Ruang salat mengarah ke arah Ka'bah, sebagai kiblat umat Islam.[38] Di masjid juga terdapat mihrab dan mimbar. Mihrab adalah tempat imam memimpin salat, sedangkan mimbar adalah tempat khatib menyampaikan khutbah.[39]

[sunting] Tempat bersuci

Dalam komplek masjid, di dekat ruang salat, tersedia ruang untuk menyucikan diri, atau biasa disebut tempat wudhu. Di beberapa masjid kecil, kamar mandi digunakan sebagai tempat untuk berwudhu. Sedangkan di masjid tradisional, tempat wudhu biasanya sedikit terpisah dari bangunan masjid.[33]

Seni Arsitektur Masjid Agung Surakarta

ELEMEN ESTETIS INTERIOR MASJID AGUNG SURAKARTA DITINJAU DARI KONSEP KEINDAHAN
Masjid adalah tempat beribadah, sholat lima waktu, sholat Jum’at, dakwah, dan tempat suci untuk mEmpertemukan diri dengan dzat yang Maha Agung. Adapun pengertian Masjid Agung adalah masjid besar atau masjid utama sebagai tempat peribadatan umat Islam yang ada di Kota Madya/ kota dan biasanya berada di tengah kota. Masjid Agung Surakarta adalah salah satu cagar budaya kota Solo merupakan salah satu monumen yang menjadi tonggak sejarah awal pemerintahan Kerajaan Mataram sejak pemindahan ibukota dari Kartasura ke Surakarta di bawah kepemimpinan Paku Buwono II. Bersama kompleks Keraton dan benteng Vastenbreg, masjid tersebut menjadi jejak awal pembangunan dan penataan fisik Kota Surakarta. Masjid yang juga menjadi representasi warisan arsitektur daerah yang sangat tinggi arti dan nilainya itu bercorak tradisional Jawa. Arsitektur Masjid Agung Surakarta memiliki pembagian ruang yang mirip dengan rumah-rumah Jawa Klasik, oleh karena itu Masjid Agung Surakarta dikategorikan sebagai Masjid Tradisional Jawa. Bentuk bangunan Masjid Agung Surakarta mirip dengan bentuk bangunan Masjid Demak. Keindahan Mesjid Agung menjadi bukti sejarah masuknya ajaran agama Islam dan keberadaan Islam di Surakarta.
Elemen hias yang digunakan pada Masjid Agung Surakarta dominan menggunakan bentuk motif flora, terdapat pada elemen pembentuk ruang dan pengisian ruang. Motif-motif tersebut diambil dari bentuk stilasi daun ikal dan bunga. Motif yang terdapat pada elemen estetis masjid berfungsi sebagai elemen dekorasi dan pendukung suasana. Keberadaaanya dapat mendukung aspek keindahan dari masjid tersebut.
Nilai warna pada ruang Sholat Utama berperan sebagai warna representasi alam karena warna-warna yang digunakan menggunakan warna coklat dengan warna crem yang mewakili warna alam. Perpaduan ini mendukung kesan unity. Pada Serambi, Tratag Rambat, Pawastren, Balai Musyawarah , dan Yogaswara menggunakan warna biru muda ( biru laut ) gradasi mendukung kesan tata jenjang. Elemen estetis interior pada Masjid Agung Surakarta dominan menggunakan jenis ornamen organis karena ornamen tersebut bersumber pada fenomena alam yang hidup ( hayati ), berupa daun, tangkai, buah, bunga, batang, akar, dan lain-lain yang membentuk suatu perwujudan ornametik. Bentuk-bentuk yang muncul berupa kepala atau bagian kepala, tangan atau bagian tangan, kaki atau bagian kaki, dan lain-lain. Organ itu merupakan bagian dari totalitas tubuh. Dalam perwujudannya hanya bagian per bagian, tetapi dapat ditemukenali sebagai ornamen organis.
Interior ruang Sholat Utama terdapat elemen estetis pada unsur pembentuk ruang. Pada ruang Sholat Utama terdapat berbagai macam elemen estetis di antaranya menggunkan motif flora, geometris, kaligrafi, dan fauna. Semua elemen estetis tersebut berperan sebagai penghias ruangan. Elemen estetis pada interior ruang Sholat Utama mengandung aspek kesatuan karena adanya penggabungan motif flora dan fauna yang terdapat pada daun pintu ruang Sholat Utama. Motif flora berbentuk stilasi daun dan bunga sedangkan motif faunan berbentuk kepala naga dan sayap kupu-kupu yang menjadi kesatuan dalam membentuk elemen estetis pada daun pintu ruang Sholat Utama. Selain pada daun pintu juga terdapat pada mimbar ruang Sholat Utama. Motif-motif yang terdapat pada mimbar yaitu motif putri mirong, wajik, patran, mahkota, stilasi daun, dan geometris. Penggabungan motif-motif tersebut menjadi kesatuan dalam pembentukan elemen estetis pada mimbar ruang Sholat Utama. Pada mihrab terdapat berbagai macam elemen estetis yang menghiasinya di antaranya motif yang digunakan yaitu motif flora, geometris, dan kaligrafi. Motif flora terdapat pada kaca patri, sedangkan geometris berbentuk gerigi terdapat pada pilar, dan kaligrafi terdapat pada penghubung antar pilar dan hiasan logo PB X yang terdapat di kiri dan kanan mihrab. Penggabungan kesemua motif tersebut menjadi kesatuan dalam pembentukan elemen estetis pada mihrab ruang Sholat Utama. Elemen estetis pada interior ruang Sholat Utama mendukung aspek tema dapat dilihat dari penggunaan warna yang menjadi elemen penghiasnya. Warna pada ruang Sholat Utama menggunakan finishing coklat tua yang terdapat pada unsur pembentuk ruang dan pengisi ruang yaitu ceilling, kolom, pintu, mimbar, mihrab, jam, dan meja Al’Quran. Warna pada ruang Sholat Utama direprentasi dari alam sehingga tema yang ada di ruang Sholat Utama menggambarkan tentang alam yang melambangkan manusia akan kepapan dihadapan ALLAH SWT. Elemen estetis pada interior ruang Sholat Utama mengandung aspek variasi karena adanya penggunaan elemen estetis yang beraneka ragam yaitu adanya motif flora yang terdapat pada dinding, daun pintu, mimbar, mihrab, dan kolom pada ruang Sholat Utama. Motif geometris terdapat pada mihrab, balok di atas daun pintu, dan ventilasi. Motif putri mirong terdapat pada mihrab, patran dan mahkota terdapat pada mimbar. Motif fauna terdapat pada pintu ruang Sholat Utama. Kaligrafi tedapat pada mihrab dan balok yang terdapat di atas daun pintu ruang Sholat Utama. Gunungan terdapat pada pengisian ruang yaitu meja tempat peletakan Al’Quran. Selain motif-motif di atas yang menjadi elemen estetis interior pada ruang Sholat Utama, keindahan dapat dirasakan karena kehadiran warna yang terdapat pada unsur pembentuk ruang dan pengisi ruang pada ruang Sholat Utama. Elemen estetis pada interior ruang Sholat Utama mengandung aspek keseimbangan karena adanya unsur simetris dan repetisi pada elemen estetis yang menjadi penghias ruang Sholat Utama. Elemen simetris dapat kita lihat pada daun pintu, mihrab, dan mimbar karena kedua sisinya sama sejajar. Sedangkan unsur repetisi terdapat pada stilasi daun yang terletak dikolom dan dinding ruang Sholat Utama. Unsur repetisi juga terdapat pada motif geometris yang terdapat pada pilar-pilar mihrab. Motif patran juga menjadi unsur repetisi yang terdapat ada mimbar ruang Sholat Utama. Elemen estetis pada Interior ruang Sholat Utama mengandung aspek perkembangan karena adanya proses yang bagian awal-awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna dan menyeluruh dapat dilihat pada mimbar. Elemen estetis pada mimbar bentuk dasar motifnya adalah stilasi daun yang berkembang menjadi motif putri mirong dan patran. Aspek tata jenjang terdapat pada unsur mihrab karena penggabungan antara motig flora, geometris, kaligrafi, dan penggunaan warna yang menjadi tema utama pada masjid. Penggabungan tersebut membentuk suatu elemen estetis yang mempunyai makna.
Elemen estetis interior pada Serambi mengandung aspek kesatuan karena adanya penggunaan motif flora, geometris, fauna, dan kaligrafi. Motif-motif tersebut menjadi kesatuan dalam pembentukkan elemen estetis interior pada Serambi masjid. penggabungan motif flora dan kaligrafi terdapat pada mimbar Serambi yang menjadi kesatuan dalam pembentukkan elemen estetis mimbar. Sedangkan motif flora dan fauna terdapat pada daun pintu Serambi yang mana motif flora berbentuk stilasi daun dan motif fauna berbentuk kepala naga dan sayap kupu-kupu menjadi kesatuan dalam pembentukkan elemen estetis. Aspek kesatuan juga terdapat pada pola lantai yang bermotifkan flora dan geometris. Penggabungan motif-motif tersebut menjadi kesatuan dalam pembentukkan elemen estetis pada Serambi. Elemen estetis pada interior Serambi mendukung aspek tema masjid, yakni simbol Keraton Surakarta dalam nuansa biru laut, dapat dilihat dari penggunaan warna yang menjadi elemen penghiasnya. Warna pada Serambi menggunakan finishing biru laut yang terdapat pada unsur pembentuk ruang yaitu ceilling dan kolom yang terdapat pada Serambi. Elemen estetis pada Interior Serambi mengandung aspek variasi karena adanya penggabungan elemen estetis yang beraneka ragam di antaranya motif flora, geometris, kaligrafi, dan motif fauna. Motif flora dan fauna terdapat ada daun pintu penghubung Serambi dengan ruang Sholat Utama yang menjadikan elemen estetis pada daun pintu menjadi variasi. Sedangkan motif flora dan kaligrafi terdapat pada mimbar yang menjadi elemen variasi. Motif geometris selalu dipandankan dengan motif flora yang terdapat pada pola lantai Serambi sehingga mendukung kesan varisi tidak monoton. Motif putri mirong menjadi elemen estetis Serambi yang terdapat pada kolom Serambi. Elemen estetis pada interior Serambi mengandung aspek keseimbangan karena adanya unsur simetris dan repetisi yang menjadi elemen penghias Serambi. Elemen estetis yang merupakan unsur simetris tedapat daun pintu yang elemen estetisnya terdiri dari motif flora dan fauna. Elemen tersebut dapat dikatakan simetris karena bentuk kiri dan kanan sama dan sejajar. Motif putri mirong yang terdapat pada kolom Serambi dapat dikatakan simetris karena apabila dibagi dua bentuknya sama dan sejajar. Pada lantai dan mimbar dapat dikatakan simetris apabila sisi kiri dan kanannya sama dan sejajar. Aspek repetisi karena adanya motif geometris dan motif flora berulang-ulang pada Serambi. Elemen estetis pada interior Serambi mengandung aspek perkembangan karena adanya proses yang bagian awal-awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna yang menyeluruh dapat dilihat pada unsur pembentuk ruang yaitu daun pintu Serambi yang menuju ruang Sholat Utama. Pada dasarnya motif yang digunakan berbentuk stilasi daun yang berkembang menjadi motif tlancapan. Aspek tata jenjang terdapat pada unsur pembentuk ruang yaitu putri mirong yang terdapat pada kolom Serambi.
Interior Tratag Ramabat terdapat elemen estetis pada unsur pembentuk ruang. Pada Tratag Rambat terdapat berbagai macam elemen estetis di antaranya menggunakan motif flora dan geometris. Semua elemen estetis tersebut berperan sebagai penghias ruangan. Elemen estetis pada interior Tratag Rambat mengandung aspek kesatuan karena adanya penggabungan antara motif flora dan geometris yang menjadi penghias elemen estetis lantai Tratag Rambat. Motif-motif yang digunakan pada lantai tersebut menggunakan bentuk stilasi daun dan bunga yang dipadukan dengan bentuk setengah lingkaran dan garis yang menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada pagar besi terdapat elemen estetis yang menghiasinya di antaranya motif flora dan geometris. Kedua motif tersebut menjadi kesatuan dalam pemebentukkan elemen estetis pada pagar besi yang terdapat pada Tratag Rambat. Elemen estetis pada interior Tratag Ramabat mendukung aspek tema masjid yakni Surakarta berkait dengan Laut Kidul, dapat dilihat dari penggunaan warna yang menjadi elemen penghiasnya. Warna pada Tratag Rambat menggunakan finishing biru laut yang terdapat pada unsur pembentuk ruang yaitu ceilling, pagar besi, dan tiang-tiang yang terdapat pada Tratag Rambat. Elemen estetis pada interior Tratag Rambat mengandung aspek variasi karena adanya penggunaan elemen estetis yang beraneka ragam yaitu motif flora dan geometris yang terdapat pada unsur pembentuk ruang. Pada lantai dan pagar besi terdapat gabungan elemen estetis yang menghiasinya yaitu motif geometris dan motif flora. Elemen estetis pada interior Tratag Rambat mengandung aspek keseimbangan karena adanya unsur simetris dan repetisi yang menjadi penghias Tratag Rambat. Elemen estetis pada lantai dapat dikatan simetris karena motif yang menjadi penghias pola lantai sisi kiri dan kanannya sama sejajar apabila ditarik garis tengah. Sedangkan pada pagar Tratag Rambat elemen estetisnya memiliki unsur simetris karena sisi kiri dan kanannya sama sejajar. Unsur repetisi terdapat pada elemen estetis pola lantai karena adanya pengulangna motif flora dan geometris. Elemen estetis pada interior Tratag Rambat mengandung aspek perkembangan karena adanya proses yang bagian-bagian awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna yang menyeluruh dapat dilihat dari motif flora dan geometris yang terdapat pada pagar Tratag Rambat. Motif geometris berbentuk spiral yang menjadi dasar elemen estetis kemudian berkembang menjadi motif flora yang menjadi elemen estetis pagar besi Tratag Rambat. Asas tata jenjang Tratag Rambat terdapat pada unsur pembentuk ruang yaitu pagar besi yang memiliki aspek kesatuan, variasi, keseimbangan, tema, dan perkembangan.
Interior ruang Pawastren terdapat elemen estetis pada unsur pembentuk ruang. Pada ruang Pawastren terdapat berbagai macam elemen estetis di antaranya menggunkan motif flora dan fauna. Semua elemen estetis tersebut berperan sebagai penghias ruangan. Elemen estetis pada Interior ruang Pawastren mengandung aspek kesatuan karena adanya penggabungan motif flora dan fauna yang terdapat pada daun pintu ruang Sholat Utama. Motif flora berbentuk stilasi daun dan bunga sedangkan motif fauna berbentuk kepala naga dan sayap kupu-kupu yang menjadi kesatuan dalam membentuk elemen estetis pada daun pintu ruang Pawastren. Selain pada daun pintu juga terdapat pada cermin pengisi ruang Pawastren. Motif-motif yang digunakan pada cermin berbentuk stilasi daun dan bunga. Motif-motif tersebut menjadi kesatuan dalam pembentukan elemen estetis pada cermin dan daun pintu Pawastren yang merupakan pembentukkan elemen estetis. Elemen estetis pada interior ruang Pawastren mengandung aspek tema dapat dilihat dari penggunaan warna yang menjadi elemen penghiasnya. Warna pada ruang Pawastren menggunakan finishing biru laut yang terdapat pada unsur pembentuk ruang yaitu ceilling dan kolom. Elemen estetis pada interior Pawastren mengandung aspek variasi karena adanya penggunaan elemen estetis yang beraneka ragam yaitu adanya motif flora yang terdapat pada daun pintu dan frem pada cermin, sedangkan motif fauna terdapat pada daun pintu yang berbentuk kepala naga dan sayap kupu. Keindahan dapat dilihat karena adanya variasi warna yang terdapat pada unsur pembentuk ruang dan pengisi ruang pada interior ruang Pawastren. Elemen estetis pada interior mengandung aspek keseimbangan karena adanya unsur simetris dan repetisi pada elemen estetis yang menjadi penghias ruang Pawastren. Elemen simetris dapat kita lihat pada daun pintu dan frem cermin karena kedua sisinya sama sejajar. Sedangkan unsur repetisi terdapat pada stilasi daun yang terletak di frem cermin pada ruang Pawastren. Elemen estetis pada interior ruang Pawastren mengandung aspek perkembangan karena adanya proses yang bagian awal-awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna dan menyeluruh dapat dilihat pada cermin. Elemen estetis pada cermin bentuk dasar motifnya adalah stilasi daun dan bunga yang berkembang menjadi motif penghias cermin. Aspek tata jenjang terdapat pada semua aspek keindahan di dalamnya yaitu daun pintu pada Pawastren karena penggabungan antara motif flora, fauna dan penggunaan warna yang menjadi tema. Penggabungan tersebut membentuk suatu elemen estetis yang mempunyai makna.
Interior ruang Balai Musyaearah terdapat pada unsur pembentuk ruang. Pada ruang Balai Musyawarah terdapat berbagai macam elemen estetis di antaranya menggunkan motif flora dan fauna. Semua elemen estetis tersebut berperan sebagai penghias ruangan. Elemen estetis pada interior ruang Balai Musyawarah mengandung aspek kesatuan karena adanya penggabungan motif flora dan fauna yang terdapat pada daun pintu Balai Musyawarah . Motif flora berbentuk stilasi daun dan bunga sedangkan motif fauna berbentuk kepala naga dan sayap kupu-kupu yang menjadi kesatuan dalam membentuk elemen estetis pada daun pintu ruang Balai Musyawarah . Selain pada daun pintu juga terdapat pada cermin pengisi ruang Pawastren. Elemen estetis pada Interior ruang Balai Musyawarah mengandung aspek tema dapat dilihat dari penggunaan warna yang menjadi elemen penghiasnya. Warna pada ruang Balai Musyawarah menggunakan finishing biru laun yang terdapat pada unsur pembentuk ruang yaitu ceilling dan kolom. Warna pada ruang Balai Musyawarah mendukung suasana Keraton Surakarta. Elemen estetis pada interior Balai Musyawarah mengandung aspek variasi karena adanya penggunaan elemen estetis yang beraneka ragam yaitu adanya motif flora yang terdapat pada daun pintu, sedangkan motif fauna terdapat pada daun pintu yang berbentuk kepala naga dan sayap kupu. Keindahan juga dapat divariasikan dengan warna yang terdapat pada unsur pembentuk ruang pada ruang Balai Musyawarah . Elemen estetis pada Interior Balai Musyawarah mengandung aspek keseimbangan karena adanya unsur simetris dan repetisi pada elemen estetis yang menjadi penghias ruang Balai Musyawarah . Elemen simetris dapat kita lihat pada daun pintu karena kedua sisinya sama sejajar. Elemen estetis pada interior ruang Balai Musyawarah mengandung aspek perkembangan karena adanya proses yang bagian awal-awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna dan menyeluruh dapat dilihat pada motif daun yang digunakan pada pintu. Stilasi daun yang kecil berkembang menjadi tumpukan daun ( bergerombol ). Aspek tata jenjang terdapat pada semua aspek keindahan di dalamnya yaitu daun pintu pada Balai Musyawarah karena penggabungan antara motif flora, fauna dan penggunaan warna yang menjadi tema. Penggabungan tersebut membentuk suatu elemen estetis yang mempunyai makna.
Secara garis besar hasil penelitian menunjukkan bahwa keindahan interior Masjid Agung Surakarta pada setiap ruang mengandung aspek kesatuan karena adanya perpaduan motif flora dan fauna. Aspek tema karena adanya warna yang mendukung tema suasana Surakarta yakni biru laut sebagai lambang adanya hubungan antara Keraton Surakarta dengan Laut Kidul. Aspek keragaman karena unsur yang digunakan tidak hanya terdiri dari satu jenis motif, akan tetapi terdiri dari motif flora, fauna, geometris, dan kaligrafi. Aspek keseimbangan karena adanya komposisi besarnya motif dan jarak. Aspek perkembangan karena adanya motif stilasi daun dan bunga menjadi motif flora secara utuh. Aspek tata jenjang karena adanya penggabungan antara jenis motif flora, fauna, geometris, kaligrafi dan didukung warna mendukung kesan suasana tema Surakarta. Penggabungan tersebut membentuk suatu elemen estetis yang mempunyai makna.