ELEMEN ESTETIS INTERIOR MASJID AGUNG SURAKARTA DITINJAU DARI KONSEP KEINDAHAN
Masjid adalah tempat beribadah, sholat lima waktu, sholat Jum’at, dakwah, dan tempat suci untuk mEmpertemukan diri dengan dzat yang Maha Agung. Adapun pengertian Masjid Agung adalah masjid besar atau masjid utama sebagai tempat peribadatan umat Islam yang ada di Kota Madya/ kota dan biasanya berada di tengah kota. Masjid Agung Surakarta adalah salah satu cagar budaya kota Solo merupakan salah satu monumen yang menjadi tonggak sejarah awal pemerintahan Kerajaan Mataram sejak pemindahan ibukota dari Kartasura ke Surakarta di bawah kepemimpinan Paku Buwono II. Bersama kompleks Keraton dan benteng Vastenbreg, masjid tersebut menjadi jejak awal pembangunan dan penataan fisik Kota Surakarta. Masjid yang juga menjadi representasi warisan arsitektur daerah yang sangat tinggi arti dan nilainya itu bercorak tradisional Jawa. Arsitektur Masjid Agung Surakarta memiliki pembagian ruang yang mirip dengan rumah-rumah Jawa Klasik, oleh karena itu Masjid Agung Surakarta dikategorikan sebagai Masjid Tradisional Jawa. Bentuk bangunan Masjid Agung Surakarta mirip dengan bentuk bangunan Masjid Demak. Keindahan Mesjid Agung menjadi bukti sejarah masuknya ajaran agama Islam dan keberadaan Islam di Surakarta.
Elemen hias yang digunakan pada Masjid Agung Surakarta dominan menggunakan bentuk motif flora, terdapat pada elemen pembentuk ruang dan pengisian ruang. Motif-motif tersebut diambil dari bentuk stilasi daun ikal dan bunga. Motif yang terdapat pada elemen estetis masjid berfungsi sebagai elemen dekorasi dan pendukung suasana. Keberadaaanya dapat mendukung aspek keindahan dari masjid tersebut.
Nilai warna pada ruang Sholat Utama berperan sebagai warna representasi alam karena warna-warna yang digunakan menggunakan warna coklat dengan warna crem yang mewakili warna alam. Perpaduan ini mendukung kesan unity. Pada Serambi, Tratag Rambat, Pawastren, Balai Musyawarah , dan Yogaswara menggunakan warna biru muda ( biru laut ) gradasi mendukung kesan tata jenjang. Elemen estetis interior pada Masjid Agung Surakarta dominan menggunakan jenis ornamen organis karena ornamen tersebut bersumber pada fenomena alam yang hidup ( hayati ), berupa daun, tangkai, buah, bunga, batang, akar, dan lain-lain yang membentuk suatu perwujudan ornametik. Bentuk-bentuk yang muncul berupa kepala atau bagian kepala, tangan atau bagian tangan, kaki atau bagian kaki, dan lain-lain. Organ itu merupakan bagian dari totalitas tubuh. Dalam perwujudannya hanya bagian per bagian, tetapi dapat ditemukenali sebagai ornamen organis.
Interior ruang Sholat Utama terdapat elemen estetis pada unsur pembentuk ruang. Pada ruang Sholat Utama terdapat berbagai macam elemen estetis di antaranya menggunkan motif flora, geometris, kaligrafi, dan fauna. Semua elemen estetis tersebut berperan sebagai penghias ruangan. Elemen estetis pada interior ruang Sholat Utama mengandung aspek kesatuan karena adanya penggabungan motif flora dan fauna yang terdapat pada daun pintu ruang Sholat Utama. Motif flora berbentuk stilasi daun dan bunga sedangkan motif faunan berbentuk kepala naga dan sayap kupu-kupu yang menjadi kesatuan dalam membentuk elemen estetis pada daun pintu ruang Sholat Utama. Selain pada daun pintu juga terdapat pada mimbar ruang Sholat Utama. Motif-motif yang terdapat pada mimbar yaitu motif putri mirong, wajik, patran, mahkota, stilasi daun, dan geometris. Penggabungan motif-motif tersebut menjadi kesatuan dalam pembentukan elemen estetis pada mimbar ruang Sholat Utama. Pada mihrab terdapat berbagai macam elemen estetis yang menghiasinya di antaranya motif yang digunakan yaitu motif flora, geometris, dan kaligrafi. Motif flora terdapat pada kaca patri, sedangkan geometris berbentuk gerigi terdapat pada pilar, dan kaligrafi terdapat pada penghubung antar pilar dan hiasan logo PB X yang terdapat di kiri dan kanan mihrab. Penggabungan kesemua motif tersebut menjadi kesatuan dalam pembentukan elemen estetis pada mihrab ruang Sholat Utama. Elemen estetis pada interior ruang Sholat Utama mendukung aspek tema dapat dilihat dari penggunaan warna yang menjadi elemen penghiasnya. Warna pada ruang Sholat Utama menggunakan finishing coklat tua yang terdapat pada unsur pembentuk ruang dan pengisi ruang yaitu ceilling, kolom, pintu, mimbar, mihrab, jam, dan meja Al’Quran. Warna pada ruang Sholat Utama direprentasi dari alam sehingga tema yang ada di ruang Sholat Utama menggambarkan tentang alam yang melambangkan manusia akan kepapan dihadapan ALLAH SWT. Elemen estetis pada interior ruang Sholat Utama mengandung aspek variasi karena adanya penggunaan elemen estetis yang beraneka ragam yaitu adanya motif flora yang terdapat pada dinding, daun pintu, mimbar, mihrab, dan kolom pada ruang Sholat Utama. Motif geometris terdapat pada mihrab, balok di atas daun pintu, dan ventilasi. Motif putri mirong terdapat pada mihrab, patran dan mahkota terdapat pada mimbar. Motif fauna terdapat pada pintu ruang Sholat Utama. Kaligrafi tedapat pada mihrab dan balok yang terdapat di atas daun pintu ruang Sholat Utama. Gunungan terdapat pada pengisian ruang yaitu meja tempat peletakan Al’Quran. Selain motif-motif di atas yang menjadi elemen estetis interior pada ruang Sholat Utama, keindahan dapat dirasakan karena kehadiran warna yang terdapat pada unsur pembentuk ruang dan pengisi ruang pada ruang Sholat Utama. Elemen estetis pada interior ruang Sholat Utama mengandung aspek keseimbangan karena adanya unsur simetris dan repetisi pada elemen estetis yang menjadi penghias ruang Sholat Utama. Elemen simetris dapat kita lihat pada daun pintu, mihrab, dan mimbar karena kedua sisinya sama sejajar. Sedangkan unsur repetisi terdapat pada stilasi daun yang terletak dikolom dan dinding ruang Sholat Utama. Unsur repetisi juga terdapat pada motif geometris yang terdapat pada pilar-pilar mihrab. Motif patran juga menjadi unsur repetisi yang terdapat ada mimbar ruang Sholat Utama. Elemen estetis pada Interior ruang Sholat Utama mengandung aspek perkembangan karena adanya proses yang bagian awal-awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna dan menyeluruh dapat dilihat pada mimbar. Elemen estetis pada mimbar bentuk dasar motifnya adalah stilasi daun yang berkembang menjadi motif putri mirong dan patran. Aspek tata jenjang terdapat pada unsur mihrab karena penggabungan antara motig flora, geometris, kaligrafi, dan penggunaan warna yang menjadi tema utama pada masjid. Penggabungan tersebut membentuk suatu elemen estetis yang mempunyai makna.
Elemen estetis interior pada Serambi mengandung aspek kesatuan karena adanya penggunaan motif flora, geometris, fauna, dan kaligrafi. Motif-motif tersebut menjadi kesatuan dalam pembentukkan elemen estetis interior pada Serambi masjid. penggabungan motif flora dan kaligrafi terdapat pada mimbar Serambi yang menjadi kesatuan dalam pembentukkan elemen estetis mimbar. Sedangkan motif flora dan fauna terdapat pada daun pintu Serambi yang mana motif flora berbentuk stilasi daun dan motif fauna berbentuk kepala naga dan sayap kupu-kupu menjadi kesatuan dalam pembentukkan elemen estetis. Aspek kesatuan juga terdapat pada pola lantai yang bermotifkan flora dan geometris. Penggabungan motif-motif tersebut menjadi kesatuan dalam pembentukkan elemen estetis pada Serambi. Elemen estetis pada interior Serambi mendukung aspek tema masjid, yakni simbol Keraton Surakarta dalam nuansa biru laut, dapat dilihat dari penggunaan warna yang menjadi elemen penghiasnya. Warna pada Serambi menggunakan finishing biru laut yang terdapat pada unsur pembentuk ruang yaitu ceilling dan kolom yang terdapat pada Serambi. Elemen estetis pada Interior Serambi mengandung aspek variasi karena adanya penggabungan elemen estetis yang beraneka ragam di antaranya motif flora, geometris, kaligrafi, dan motif fauna. Motif flora dan fauna terdapat ada daun pintu penghubung Serambi dengan ruang Sholat Utama yang menjadikan elemen estetis pada daun pintu menjadi variasi. Sedangkan motif flora dan kaligrafi terdapat pada mimbar yang menjadi elemen variasi. Motif geometris selalu dipandankan dengan motif flora yang terdapat pada pola lantai Serambi sehingga mendukung kesan varisi tidak monoton. Motif putri mirong menjadi elemen estetis Serambi yang terdapat pada kolom Serambi. Elemen estetis pada interior Serambi mengandung aspek keseimbangan karena adanya unsur simetris dan repetisi yang menjadi elemen penghias Serambi. Elemen estetis yang merupakan unsur simetris tedapat daun pintu yang elemen estetisnya terdiri dari motif flora dan fauna. Elemen tersebut dapat dikatakan simetris karena bentuk kiri dan kanan sama dan sejajar. Motif putri mirong yang terdapat pada kolom Serambi dapat dikatakan simetris karena apabila dibagi dua bentuknya sama dan sejajar. Pada lantai dan mimbar dapat dikatakan simetris apabila sisi kiri dan kanannya sama dan sejajar. Aspek repetisi karena adanya motif geometris dan motif flora berulang-ulang pada Serambi. Elemen estetis pada interior Serambi mengandung aspek perkembangan karena adanya proses yang bagian awal-awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna yang menyeluruh dapat dilihat pada unsur pembentuk ruang yaitu daun pintu Serambi yang menuju ruang Sholat Utama. Pada dasarnya motif yang digunakan berbentuk stilasi daun yang berkembang menjadi motif tlancapan. Aspek tata jenjang terdapat pada unsur pembentuk ruang yaitu putri mirong yang terdapat pada kolom Serambi.
Interior Tratag Ramabat terdapat elemen estetis pada unsur pembentuk ruang. Pada Tratag Rambat terdapat berbagai macam elemen estetis di antaranya menggunakan motif flora dan geometris. Semua elemen estetis tersebut berperan sebagai penghias ruangan. Elemen estetis pada interior Tratag Rambat mengandung aspek kesatuan karena adanya penggabungan antara motif flora dan geometris yang menjadi penghias elemen estetis lantai Tratag Rambat. Motif-motif yang digunakan pada lantai tersebut menggunakan bentuk stilasi daun dan bunga yang dipadukan dengan bentuk setengah lingkaran dan garis yang menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada pagar besi terdapat elemen estetis yang menghiasinya di antaranya motif flora dan geometris. Kedua motif tersebut menjadi kesatuan dalam pemebentukkan elemen estetis pada pagar besi yang terdapat pada Tratag Rambat. Elemen estetis pada interior Tratag Ramabat mendukung aspek tema masjid yakni Surakarta berkait dengan Laut Kidul, dapat dilihat dari penggunaan warna yang menjadi elemen penghiasnya. Warna pada Tratag Rambat menggunakan finishing biru laut yang terdapat pada unsur pembentuk ruang yaitu ceilling, pagar besi, dan tiang-tiang yang terdapat pada Tratag Rambat. Elemen estetis pada interior Tratag Rambat mengandung aspek variasi karena adanya penggunaan elemen estetis yang beraneka ragam yaitu motif flora dan geometris yang terdapat pada unsur pembentuk ruang. Pada lantai dan pagar besi terdapat gabungan elemen estetis yang menghiasinya yaitu motif geometris dan motif flora. Elemen estetis pada interior Tratag Rambat mengandung aspek keseimbangan karena adanya unsur simetris dan repetisi yang menjadi penghias Tratag Rambat. Elemen estetis pada lantai dapat dikatan simetris karena motif yang menjadi penghias pola lantai sisi kiri dan kanannya sama sejajar apabila ditarik garis tengah. Sedangkan pada pagar Tratag Rambat elemen estetisnya memiliki unsur simetris karena sisi kiri dan kanannya sama sejajar. Unsur repetisi terdapat pada elemen estetis pola lantai karena adanya pengulangna motif flora dan geometris. Elemen estetis pada interior Tratag Rambat mengandung aspek perkembangan karena adanya proses yang bagian-bagian awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna yang menyeluruh dapat dilihat dari motif flora dan geometris yang terdapat pada pagar Tratag Rambat. Motif geometris berbentuk spiral yang menjadi dasar elemen estetis kemudian berkembang menjadi motif flora yang menjadi elemen estetis pagar besi Tratag Rambat. Asas tata jenjang Tratag Rambat terdapat pada unsur pembentuk ruang yaitu pagar besi yang memiliki aspek kesatuan, variasi, keseimbangan, tema, dan perkembangan.
Interior ruang Pawastren terdapat elemen estetis pada unsur pembentuk ruang. Pada ruang Pawastren terdapat berbagai macam elemen estetis di antaranya menggunkan motif flora dan fauna. Semua elemen estetis tersebut berperan sebagai penghias ruangan. Elemen estetis pada Interior ruang Pawastren mengandung aspek kesatuan karena adanya penggabungan motif flora dan fauna yang terdapat pada daun pintu ruang Sholat Utama. Motif flora berbentuk stilasi daun dan bunga sedangkan motif fauna berbentuk kepala naga dan sayap kupu-kupu yang menjadi kesatuan dalam membentuk elemen estetis pada daun pintu ruang Pawastren. Selain pada daun pintu juga terdapat pada cermin pengisi ruang Pawastren. Motif-motif yang digunakan pada cermin berbentuk stilasi daun dan bunga. Motif-motif tersebut menjadi kesatuan dalam pembentukan elemen estetis pada cermin dan daun pintu Pawastren yang merupakan pembentukkan elemen estetis. Elemen estetis pada interior ruang Pawastren mengandung aspek tema dapat dilihat dari penggunaan warna yang menjadi elemen penghiasnya. Warna pada ruang Pawastren menggunakan finishing biru laut yang terdapat pada unsur pembentuk ruang yaitu ceilling dan kolom. Elemen estetis pada interior Pawastren mengandung aspek variasi karena adanya penggunaan elemen estetis yang beraneka ragam yaitu adanya motif flora yang terdapat pada daun pintu dan frem pada cermin, sedangkan motif fauna terdapat pada daun pintu yang berbentuk kepala naga dan sayap kupu. Keindahan dapat dilihat karena adanya variasi warna yang terdapat pada unsur pembentuk ruang dan pengisi ruang pada interior ruang Pawastren. Elemen estetis pada interior mengandung aspek keseimbangan karena adanya unsur simetris dan repetisi pada elemen estetis yang menjadi penghias ruang Pawastren. Elemen simetris dapat kita lihat pada daun pintu dan frem cermin karena kedua sisinya sama sejajar. Sedangkan unsur repetisi terdapat pada stilasi daun yang terletak di frem cermin pada ruang Pawastren. Elemen estetis pada interior ruang Pawastren mengandung aspek perkembangan karena adanya proses yang bagian awal-awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna dan menyeluruh dapat dilihat pada cermin. Elemen estetis pada cermin bentuk dasar motifnya adalah stilasi daun dan bunga yang berkembang menjadi motif penghias cermin. Aspek tata jenjang terdapat pada semua aspek keindahan di dalamnya yaitu daun pintu pada Pawastren karena penggabungan antara motif flora, fauna dan penggunaan warna yang menjadi tema. Penggabungan tersebut membentuk suatu elemen estetis yang mempunyai makna.
Interior ruang Balai Musyaearah terdapat pada unsur pembentuk ruang. Pada ruang Balai Musyawarah terdapat berbagai macam elemen estetis di antaranya menggunkan motif flora dan fauna. Semua elemen estetis tersebut berperan sebagai penghias ruangan. Elemen estetis pada interior ruang Balai Musyawarah mengandung aspek kesatuan karena adanya penggabungan motif flora dan fauna yang terdapat pada daun pintu Balai Musyawarah . Motif flora berbentuk stilasi daun dan bunga sedangkan motif fauna berbentuk kepala naga dan sayap kupu-kupu yang menjadi kesatuan dalam membentuk elemen estetis pada daun pintu ruang Balai Musyawarah . Selain pada daun pintu juga terdapat pada cermin pengisi ruang Pawastren. Elemen estetis pada Interior ruang Balai Musyawarah mengandung aspek tema dapat dilihat dari penggunaan warna yang menjadi elemen penghiasnya. Warna pada ruang Balai Musyawarah menggunakan finishing biru laun yang terdapat pada unsur pembentuk ruang yaitu ceilling dan kolom. Warna pada ruang Balai Musyawarah mendukung suasana Keraton Surakarta. Elemen estetis pada interior Balai Musyawarah mengandung aspek variasi karena adanya penggunaan elemen estetis yang beraneka ragam yaitu adanya motif flora yang terdapat pada daun pintu, sedangkan motif fauna terdapat pada daun pintu yang berbentuk kepala naga dan sayap kupu. Keindahan juga dapat divariasikan dengan warna yang terdapat pada unsur pembentuk ruang pada ruang Balai Musyawarah . Elemen estetis pada Interior Balai Musyawarah mengandung aspek keseimbangan karena adanya unsur simetris dan repetisi pada elemen estetis yang menjadi penghias ruang Balai Musyawarah . Elemen simetris dapat kita lihat pada daun pintu karena kedua sisinya sama sejajar. Elemen estetis pada interior ruang Balai Musyawarah mengandung aspek perkembangan karena adanya proses yang bagian awal-awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna dan menyeluruh dapat dilihat pada motif daun yang digunakan pada pintu. Stilasi daun yang kecil berkembang menjadi tumpukan daun ( bergerombol ). Aspek tata jenjang terdapat pada semua aspek keindahan di dalamnya yaitu daun pintu pada Balai Musyawarah karena penggabungan antara motif flora, fauna dan penggunaan warna yang menjadi tema. Penggabungan tersebut membentuk suatu elemen estetis yang mempunyai makna.
Secara garis besar hasil penelitian menunjukkan bahwa keindahan interior Masjid Agung Surakarta pada setiap ruang mengandung aspek kesatuan karena adanya perpaduan motif flora dan fauna. Aspek tema karena adanya warna yang mendukung tema suasana Surakarta yakni biru laut sebagai lambang adanya hubungan antara Keraton Surakarta dengan Laut Kidul. Aspek keragaman karena unsur yang digunakan tidak hanya terdiri dari satu jenis motif, akan tetapi terdiri dari motif flora, fauna, geometris, dan kaligrafi. Aspek keseimbangan karena adanya komposisi besarnya motif dan jarak. Aspek perkembangan karena adanya motif stilasi daun dan bunga menjadi motif flora secara utuh. Aspek tata jenjang karena adanya penggabungan antara jenis motif flora, fauna, geometris, kaligrafi dan didukung warna mendukung kesan suasana tema Surakarta. Penggabungan tersebut membentuk suatu elemen estetis yang mempunyai makna.